Loading...
Sunday, June 5, 2011

[Profil] Nagiga Nur Ayati

”Nagiga” Nur Ayati
Kata ”Profesi” Lebih Ampuh

Sebelum bertemu dan akhirnya mewawancarai Nur Ayati (Nur), saya telah  lebih dulu jatuh cinta dengan karya-karyanya. Apalagi setelah  membuka situs http://www.nagiga.multiply.com  milik wanita kelahiran Jakarta, 6 Mei 1974 ini, saya tambah jatuh cinta lagi. Nur penulis yang sangat produktif. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, total 200 buku telah lahir berkat kerja kerasnya. Wow, tak heran bila dia dianugerahi penghargaan Penulis Produktif dari penerbit Elexmedia (grup Gramedia) pada tahun 2008.
    Di kesehariannya PaBers, jadwal ibu dari dua bocah aktif, Gibran (9 tahun) dan Gallan (7 tahun) ini, termasuk padat. Selain menjadi ratu rumah tangga dan penulis, seminggu sekali Nur mengajar ekskul ”Penulis dan Wartawan Cilik” di sebuah SDIT dan mengelola perpustakaan kecil di rumah. Tapi jangan salah, meski dibelit kesibukan, ia tetap berusaha meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga maupun silaturahim keluarga. Nikmatnya ”me time” seperti ke salon atau nongkrong bareng teman-teman, sesekali juga dia lakoni.
    ”Saya bersyukur memiliki pekerjaan yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Benar-benar nyaman rasanya mengikuti ritme kehidupan yang fleksibel seperti ini, tidak terikat waktu dan ruang. Saya mengutamakan mengurus keluarga dahulu, baru menulis dan mengerjakan hal-hal lain,” papar Nur yang sarjana lulusan IISIP Jakarta.
    Saat diajak berbicara mengenai perkembangan dunia menulis sekarang, Nur terlihat antusias, terutama ketika pembicaraan menyinggung topik buku cerita anak. Menurutnya, buku cerita anak di toko buku semakin bejibun, ibarat cendawan yang tumbuh di musim hujan. Penulis yang sesekali memakai nama pena Nagiga ini memiliki trik khusus agar naskah-naskah cerita anak yang digarapnya ”berbeda” dibandingkan yang lain. Dia menawarkan sejumlah konsep baru seperti menambah aneka ”aktivitas” pada masing-masing halaman buku atau merancang ”ruang penempelan stiker”. Hasilnya, buku jadi tambah menarik, bermanfaat, dan yang paling penting, pembaca kanak-kanak suka!
    ”Untuk tahun ini saya lebih banyak menulis buku ilmu pengetahuan untuk anak-anak. Buku yang sudah terbit antara lain: Panca Indra Tubuhku, Kehidupan di Laut, Kehidupan di Air Tawar, Kehidupan di Hutan, dan Dinosaurus. Semuanya di bawah bendera penerbit Elexmedia. Saya juga membuat buku-buku aktivitas sains sesuai kurikulum sekolah sebagai buku pengayaan,” jelas wanita penggemar berat tulisan Roald Dahl dan Kahlil Gibran ini.
    Saat ditanya karyanya (buku cerita anak) sendiri yang paling berkesan, Nur menjawab novel ”Bebek-bebek Palsu” (Gramedia). Buku ini berisi petualangan seru dua anak nakal yang disihir menjadi bebek. Hihihi...bisa dibayangkan kan bagaimana kacaunya anak-anak tersebut pas tinggal di kandang bebek yang bau dan makan cacing di sungai...
    Lebih jauh berbicara mengenai buku, menurut Nur, seorang penulis harus mau bekerja sama dengan penerbit. Intinya, jadilah anggota tim yang baik. Dalam proses penerbitan sebuah buku, penulis, ilustrator, serta editor, akan berdiskusi, biasanya melalui rapat kecil. Sebagai penulis, kita sah-sah saja memberi masukan ingin buku kita seperti apa, ilustrasinya bagaimana, dan lain-lain. Bila penulis dan penerbit sering berbagi, mudah-mudahan hubungan kerja sama kedua belah pihak, langgeng. Ke depannya, penulis bisa terus mengirimkan naskahnya kepada penerbit tersebut.
    ”Saran saya, jangan takut mencoba. Kirimkan saja naskah terbaikmu ke penerbit. Seandainya memungkinkan, tanyakan apa yang kurang atau belum lengkap dari naskahmu kepada editor. Lalu perbaiki dan kirim kembali. Kalau ditolak, jangan menyerah. Kirim naskah lain yang lebih baik. Begitu seterusnya, sampai akhirnya naskahmu diterima,” terang Nur yang pernah menjadi finalis Ibu Softener SoKlin sebagai wanita berprestasi di bidang kepenulisan (tahun 2002).
    Pssstt...Pabers, untuk menembus penerbit-penerbit besar, Nur punya ”rahasia”. Biasanya penerbit-penerbit itu akan lebih ”melihat” penulis yang sudah banyak menghasilkan tulisan di media cetak seperti surat kabar atau majalah. Jadi, sebaiknya, coba jajal dulu naskah kita ke berbagai media cetak untuk menabung jam terbang menulis ya.
    Berkat menulis, hidup Nur terasa lebih bermakna.  Istri dari Kuntardjo ini bisa memberikan bacaan yang ”sehat” untuk pembaca, terutama anak-anak. Senangnya menatap wajah-wajah polos  mereka tatkala dia diminta mendongeng atau memberikan workshop tentang dunia menulis di toko buku atau sekolah-sekolah. Dukungan keluarga begitu luar biasa. Mereka bangga dengan profesi penulis yang disandang Nur. Dukungan terhebat tentu datang dari para cahaya matanya. Gibran dan Gallan bersorak kegirangan setiap melihat buku-buku ibu mereka dipajang cantik di toko buku.
    Menilik sisi materi, Nur berhasil membuktikan kepada sebagian orang yang memandang sebelah mata profesi penulis. Penghasilan penulis juga dapat diandalkan sebagai sumber mata pencaharian lho. Lebih dari itu, Nur pernah naik pesawat dan menginap di hotel gratis karena dia memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI untuk kategori Penulis Cerita Anak tahun 2006. Dan tahun lalu merupakan tahun paling gemilang baginya. Siapa sangka, royalti penjualan buku-bukunya selama tahun 2010, menjelma jadi mobil sedan bergengsi! 
    PaBers, seperti halnya penulis lainnya, Nur juga mengalami masa pasang surut dalam berkarya. Beruntung dia bergabung dalam Komunitas Penulis Bacaan Anak. Dia dan teman-teman pekerja buku di dalam komunitas ini saling memotivasi, saling berbagi. Semangat Nur yang terkadang kendur,  akan terpompa lagi. Mental Nur yang pernah jatuh, niscaya bangkit lagi.  Betapa penting memiliki sahabat dari dunia yang sama.
    Di akhir jumpa, Nur menyampaikan kalimat yang patut kita renungi. Baginya, menulis tak beda dengan profesi lain. Seseorang yang memiliki profesi, pastinya harus selalu menghasilkan produk atau jasa. Karena telah menetapkan diri berprofesi sebagai penulis, maka, Nur harus selalu menghasilkan tulisan atau buku. Jika tidak, hilanglah jati profesi di dalam dirinya.
    ”Percayalah, kata ”profesi” itu sendiri lebih ampuh mengajak kita menulis daripada sekadar perintah: jangan berhenti menulis!” tegas Nur. Setuju!
    Bagi PaBers yang ingin berkenalan dan mendulang ilmu seputar dunia menulis serta dunia penerbitan, sila add fesbuk: Nagiga Nur Ayati. Ditunggu! *** Haya Aliya Zaki

0 komentar:

 
TOP