Tulisan ini tidak berjudul proses kreatif I love you, Mom, karena lebih berupa perenungan. Terus terang setiap kali ditanya tentang proses kreatif, aku hampir selalu bingung untuk menjawab. Untuk buku seperti Petualangan Berjendela (yang ada aktivitas menghitungnya, dan ada flapnya, dan dibacanya tidak urut halaman dll), itu mudah untuk menjelaskan proses kreatif. Tetapi untuk buku seperti I Love you, Mom, bisa dibilang aku tidak melalui proses pemikiran/pencarian konsep/pembentukan format buku dll. I Love you, Mom (dan hampir semua bukuku lainnya) adalah cerita- cerita yang kutulis lebih karena perasaan. Itu semua adalah cerita-cerita yang meminjam tanganku (dan komputerku) untuk menceritakan dirinya pada orang banyak.
Sebelum punya anak (nostalgia masa mudaaa nih ceritanya.. haha J), aku tahu bahwa orang tuaku amat sayang padaku. Pasti lah yaa semua orang tua kan amat sayang pada anaknya. Lalu sewaktu aku melahirkan Alyssa, bukan cuma si bayi Alyssa yang menangis, aku juga menangis. Bukan karena sakit (aku melahirkan dengan epidural, jadi tidak sakit), tapi karena tiba-tiba sadar bahwa selama iniiii… ternyata aku belum tahu betapa besarnya sayang orang tua itu pada anaknya. Aku kira aku tahu. Tapi tidak sama sekali. Baru setelah aku punya anak sendiri, aku tahu. Buat teman teman Paber yang belum berkeluarga/belum punya anak, ketahuilah, kalian belum benar-benar tahu sesayang apa orang tua kalian pada kalian. Dan menjelaskan itu pada kalian seperti menjelaskan apa itu warna merah pada orang buta. Serius!
Terus disamping itu, aku masih beruntung karena masih punya orang tua lengkap. Tapi beberapa temanku sudah tidak seberuntung aku. Dan aku sadar bahwa sewaktu temanku menjelaskan seperti apa kehilangan orang tua itu, aku seperti orang buta yang dijelaskan warna merah itu tadi. Karena itu aku sudah membuat quotation di bawah ini :
“You don’t really know how much your parents love you until you become parents. And sadly, you don’t really know how much you love your parents until they are no longer with you.” (Arleen Amidjaja)
Dan karena hubungan anak-orang tua itu begituuuu tak bisa digambarkan dengan kata-kata, aku buat saja buku I Love you, Mom. Di dalamnya adalah kumpulan cerita-cerita tentang ibu-ibu hebat. Ibu-ibu hebat di mata aku ini bukan ibu-ibu sukses. Bukan ibu yang berkarir sukses dan at the same time bisa ngurus rumah dengan baik (walaupun mereka juga memang hebat). Tapi yang kumaksud hebat di sini adalah ibu yang selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan semua keterbatasannya , ibu yang melindungi, dan yang terpenting, ibu yang menerima anak-anaknya apa adanya sampai mereka tahu bahwa cinta dari ibu itu selamanya dan tidak tergantung pada apapun juga. Ibu bukan cuma sayang pada anaknya saat si anak ulangannya dapat 9. Dan ibu-ibu dalam I love you, Mom mau anaknya tahu itu. Ibu-ibu itu mau anaknya tahu bahwa cinta dari Ibu adalah unconditional love.
Happy parenting :).
Arleen
4 Agustus 2011
Ada apa dengan 'I Love you, Mom'?
Label:
Proses Kreatif
0 komentar:
Post a Comment