Loading...
Sunday, March 4, 2012

[Cerpen] Kotak Kecil untuk Kado Besar Dodo

Kotak Kecil Untuk Kado Besar Dodo
QS. Emmus

Dodo menghela napas. Menatap tak bersemangat pada karton tebal di hadapannya. Ia sudah mengguntingnya rapi. Kini, Dodo punya pola sebuah kubus. Ada enam kotak berukuran 30 x 30 cm yang akan menjadi sisi-sisinya. Tinggal dilipat dan direkatkan mengikuti garis bantu, tugas Dodo pun selesai.
“Ini sih, masih kekecilan!” desah Dodo kecewa.
“Eh, kekecilan bagaimana?” tanya Adit yang duduk di sebelahnya, heran. Seingatnya tadi, Dodo sudah meminta karton paling lebar pada Bu Lia. Bahkan mungkin kotak Dodolah yang paling besar diantara teman-temannya. Adit saja malah dengan sengaja mengecilkan ukuran kotak buatannya. Kedua belas rusuk kubusnya masing-masing hanya sepanjang 6 cm saja. Habis, Adit belum tahu mau diisi apa kotak itu nantinya.
“Memangnya kotakmu mau diisi hadiah apa, sih?” tanya Adit lagi.
“Bu Lia udah bilang, kan, kita disuruh bikin kotak kado sebagai hadiah yang akan diberikan pada ibu kita di peringatan Hari Ibu nanti,” sahut Dodo. “Jadi kotakku akan kuisi dengan hadiah yang paling spesial!”
“Alaa… gayamu sok sekali, Do!” celetuk Bram mengejek. Rupanya ia mendengar pembicaraan Dodo dan Adit. “Masa sih hadiahmu tak cukup di kotak itu?”
“Memang benar begitu, kok,” sahut Dodo.
Bram mendengus. “Nih, lihat kotakku!” serunya memamerkan kotaknya.
Ah, kotak Bram jauh lebih besar dari kotak Dodo. Ia memakai tiga lembar karton tebal. Pastilah itu menjadi kotak paling besar di kelas mereka. Kedelapan titik sudut kubus itu diberi lem tambahan agar lebih kuat.
“Wah… apa nggak terlalu besar, tuh?” seru Adit takjub.
“Ukurannya pas. Sesuai guci mahal yang kupesan khusus. Desain ukirannya pun aku sendiri yang menggambarnya. Hanya hadiah mahal dan istimewa yang cocok untuk Mamaku!” tutur Bram dengan gaya. Ia memang anak dari keluarga kaya raya. Teman-teman yang pernah ke rumahnya, bisa melihat guci-guci bagus dari yang mungil hingga seukuran raksasa.
Semua teman berkecak kagum mendengarnya. Sudah pasti tak ada yang bisa menandingi hadiah Bram nanti. Tetapi… Dodo malah tersenyum menahan geli.
“Hahaha… payah! Kenapa kau beri tahu kami semua tentang hadiah untuk Mamamu? Harusnya itu kan jadi kejutan!” cetus Dodo kemudian.
“Yaaa… semahal apapun kalau tidak mengejutkan, akan sia-sia!” tambah Adit terbahak keras.
Wajah Bram merah padam seketika. Ia malu dan marah. Kini Bram harus memikirkan kejutan tambahan di Hari Ibu nanti.
Akhirnya, hari yang ditunggu tiba. Anak-anak ke sekolah sambil menggandeng tangan ibunya masing-masing. Ya, hari ini spesial. Para Ibu sengaja diundang untuk melihat kegiatan belajar mengajar. Di akhir jam pelajaran, setiap murid diberi kesempatan memberikan sebuah hadiah untuk ibu tercinta.
Berbagai hadiah disuguhkan di depan kelas. Senyuman dan tepukan tangan menghiasi suasana hari itu. Benar-benar membahagiakan. Seperti Adit, akhirnya ia menemukan hadiah yang mengisi kotak mungilnya. Sebuah kalung dengan liontin buatannya sendiri. Berisi foto ibu dan dirinya. Ibu Adit langsung memakainya dan memberi putranya itu pelukan mesra di depan kelas.
Kotak Bram benar-benar menarik perhatian para ibu yang hadir. Bram membawa kotak besarnya dengan troli. Ia menariknya dengan sangat hati-hati ke depan kelas. Tentu saja semua teman sudah bisa menebak isinya. Tetapi tepukan meriah pun tetap diberikan. Karena guci itu benar-benar terlihat bagus!
Kemudian tibalah giliran Dodo. Adit dan teman-teman sudah penasaran sekali. Saat membawa kotaknya ke depan, kepala Dodo sampai tak kelihatan. Anehnya, Dodo membawanya seakan isinya begitu ringan? Atau Dodo tidak merasakan beban berat karena itu hadiah untuk ibunya?
Awalnya Ibu Dodo terlihat bingung menatap isi kotak Dodo. Ekspresi itu membuat teman-teman makin penasaran, dan ikut melongokkan kepala. Berusaha mengintip isi kotak kado Dodo. Ternyata…
“Eh, kosong?” cetus Adit heran.
“Mana yang katanya hadiah spesial, Do?” tagih Bram mengejek.
Tiba-tiba Ibu Dodo tersenyum dan mengecup dahi Dodo. “Terima kasih sayang. Ini benar-benar hadiah yang terindah,” ucapnya kemudian.
Bu Lia mengerutkan dahi. Beliau mendekati dan memeriksa isi kotak Dodo dengan pensaran. Benar, tak ada sesuatu benda pun di dalamnya. Seperti bagian luarnya, sisi dalam kotak juga dilapisi kertas warna-warni yang… berbeda. Eh! Bu Lia memekik terkejut.
“Ini menarik sekali. Sungguh hadiah yang kreatif! Saya sampai tertipu juga awalnya mengira kotak ini kosong belaka,” kata Bu Lia sembari tersenyum.
Adit dan Bram pun mendekat ikut memeriksa dari dekat. Beberapa teman yang penasaran mengikuti juga. Tapi, tetap saja mereka hanya mendapati kotak kosong.
“Sudah kubilang, kan, kotak ini masih kekecilan,” kata Dodo mengingatkan. Lalu ia menjelaskan tentang kertas warna-warni yang melapisi bagian dalam kotak. Itu bukan kertas hias biasa, tapi Dodo membuatnya sendiri. Dari kumpulan foto-foto yang diambil dengan kamera hp. Merekam banyak saat-saat Dodo tersenyum dan tertawa. Ketika bersama ibu dan ayah di rumah, bersama teman-teman dan guru di sekolah. Kebahagiaan yang ingin diberikan pada ibunya.
“Eh, itu ada fotoku juga!” seru Adit senang.
Dodo meringis. “Aku selalu membawa hpku kemana-mana, lo,” akunya kemudian.
Kado Dodo begitu mengesankan semua teman hingga mereka lupa memberikan tepukan tangan. Tetapi Bu Lia ingat sesuatu yang penting. “Baiklah. Kalau begitu, Dodo akan mendapat hadiah juga dari Ibu guru,” ucapnya.
“Apa itu?” tanya Adit dan Bram kepingin juga.
“Hadiah karena membawa hp ke sekolah,” tandas Bu Lia dengan senyum khasnya.
“Oo…!” Dodo ketahuan melanggar peraturan sekolah.***

Dimuat di Kompas Anak edisi 19 Juni 2011

0 komentar:

 
TOP