Loading...
Sunday, January 2, 2011

[Cerpen] Bila Oni Gendut Main Bola

BILA ONI GENDUT MAIN BOLA
Oleh Deny Wibisono

Oni adalah seorang anak laki-laki gendut. Di mana-mana ia selalu dipanggil gendut. Bahkan orang yang tak mengenalnya, menyapa dirinya dengan sebutan gendut. Tapi Oni tidak merasa sakit hati dipanggil demikian. Selain karena terbiasa, ia sadar setiap orang tidak ada yang sempurna. Psati ada kekurangan pada setiap orang.

Suatu ketika, Oni dan keluarganya pindah ke sebuah desa. Seperti biasa, teman-teman barunya langsung menjulukinya si gendut. Oni senang saja mereka mau memanggilnya demikian.

Di lingkungan baru Oni, banyak anak yang suka main sepakbola. Kebetulan rumah Oni dekat dengan lapangan tempat mereka berlatih.mulanya Oni tidak suka sepakbola. Namun lama-kelamaan, ia ingin juga seperti teman-temannya. Berebut bola, berteriak, tertawa, dan banyak kesenangan yang bisa didapat dengan main bola.

Sore itu, Oni menemui Rangga, ia dikenal sebagai kapten sekaligus pelatih. Sebab kakak Rangga adalah seorang pemain sepakbola nasional. Jadi, banyak trik-trik yang diperoleh Rangga dan diajarkan pada teman-temannya.

“Aku … ,” ucap Oni sedikit ragu. Ia khawatir Rangga akan mentertawakannya.
“Ada apa, Oni? Bicara saja!” timpal Rangga ramah.
“Aku boleh ikut nggak bergabung dengan kalian?” kata Oni mulai berani.
“Maksudmu, main bola?” tanya Rangga antara kurang jelas dan tidak percaya.
“Iya!”
“Tentu boleh.”

Jawaban Rangga membuat Oni senang. Dengan rutin ia ikut berlatih. Sayangnya lari Oni lambat, tendangan dan operannya yang selalu meleset, menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Tapi Oni tidak perah menyerah. Ia berlatih dan berlatih dengan tekun.

Perlahan namun pasti, Oni mulai terbiasa dengan sepakbola. Tapi tidak bisa juga dikatakan mahir. Hanya saja ia kini dapat menggiring dan menendang lumayan baik. Sementara untuk kemampuan berlari, sama sekali tidak ada kemajuan. Itu karena memang tubuhnya yang gendut, jadi larinya lamban.

Pada pertandingan-pertandingan melawan kelompok desa lain, Oni tidak pernah diikutkan. Oni tidak bersedih karena hal itu. Ia sadar betul akan kemampuannya. Bila ia diikutkan, tentu saja kesebelasan yang dipimpin Rangga akan kacau. Lagi pula niat awal ia ikut sepakbola hanya untuk kesenangan belaka.

Suatu hari, Rangga kebingungan mencari Danu dan Indra. Selain itu, Hadi, sang penjaga gawang, juga sedang tidak ada. Setelah memasukkan Tikno dan Surya, Rangga masih kekurangan satu pemain. Pilihan pun akhirnya jatuh pada Oni.

Oni senang bukan. Ada rasa deg-degan ia bisa ikut bergabung untuk pertama kalinya. Dalam hati ia berjanji akan berusaha sebagus mungkin.

Pertandingan melawan kesebelasan desa lain telah berjalan lima menit. Berkali-kali bola di kaki Oni dengan mudah dapat direbut oleh lawan. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi lawan. Hingga menit ketujuh, kesebelasan Rangga kebobolan satu gol. Pun pada menit menjelang istirahat, gawang Rangga kembali kemasukan.

Sebelum melaju ke babak kedua, Rangga memikirkan suatu strategi. Sejenak kemudian Rangga menemukan strategi.

‘Oni, kamu jadi penjaga gawang!” tunjuk Rangga.

Babak kedua pun mulai. Posisi Oni kali ini menjadi kiper menggantikan Surya.

Pertandingan berjalan tiga menit. Gawan Oni terancam bahaya. Ketika lawan menendang dengan kencang ke arah gawang, Oni berhasil menangkap bola itu. Rangga dan teman-teman terkejut melihatnya. Mereka pun semakin semangat.

Dua kali sudah Rangga membuat gol. Hingga akhirnya gol Hadi membawa kesebelasan Rangga pada kemenangan. Semuanya bersorak gembira., terutama Oni yang merasa telah berhasil membantu Rangga dan kawan-kawan.

Sejak itu Oni pun ditetapkan sebagai kipper. Ia menjadi cadangan pada setiap pertandingan. Dalam hati, Oni senang sekali memiliki teman-teman yang tidak hanya bisa mengejek. Tapi juga mengerti dan berbagi ceria.

(dimuat di majalah Mentari edisi 232 tanggal 5 Juli 2004)

0 komentar:

 
TOP