Loading...
Sunday, January 9, 2011

[Dongeng] Lima Cerita Aneh

LIMA CERITA ANEH
Firmanawaty Sutan


Lima orang pengembara baru saja pulang dari perjalanan yang panjang ke berbagai negeri. Pada suatu hari, mereka bertemu di suatu kedai makan di ibukota. Setelah memesan makanan dan menyantapnya, mereka saling menanyakan kabar masing-masing dan bertukar cerita pengalaman yang mereka jumpai selama perjalanan. Mereka saling memamerkan kehebatan perjalanannya dengan cara melebih-lebihkan. Masing-masing saling membanggakan diri dan merasa yang terhebat.

Berkata Restaka, si pengembara pertama memulai cerita bualannya, “Percaya tidak, kalian pasti takjub dengan apa yang kujumpai dalam perjalananku. Aku bertemu raksasa. Raksasa itu sangat besar sekali. Rambutnya kasar seperti tambang, matanya sebesar piring ini dan sewaktu kami sama-sama berdiri, tinggiku hanya mencapai setengah betisnya”.

 Pengembara kedua, Ranggapati tidak mau kalah, ”Itu sih kecil. Aku baru saja bertandang ke negeri di sebelah utara negeri kita ini. Di sana aku melihat seekor kerbau yang sangat besar sekali. Tanduknya sebesar menara di alun-alun. Kalau hendak menyeberangi sungai yang besar, kalian dapat menggunakan ekornya sebagai jembatan. Raksasa yang Restaka lihat, bisa naik ke punggung kerbau itu…… ” 

Belum sempat Ranggapati menyelesaikan ceritanya, pengembara ketiga bernama Desrana memotong perdebatan tersebut, “Wah itu sih belum seberapa, ketika aku berjalan menuju arah matahari terbit sampailah aku ke hutan larangan. Di sana aku menjumpai pohon yang sangat besar sekali hingga pucuknya menembus langit. Kalau kerbau yang dilihat Ranggapati makan daun pohon tersebut pasti daun yang bisa dicapainya hanya yang paling rendah saja. Batangnya sangat besar sehingga tidak akan mungkin bisa dipeluk oleh raksasa yang dilihat Restaka”.

Sidraka, si pengembara keempat juga tak mau kalah membual ”Ah, benda-benda yang kalian lihat itu belum seberapa jika dibandingkan dengan yang kulihat . Aku menemukan pohon rotan yang sangat besar. Rotan itu bahkan bisa dipakai  untuk mengikat raksasa, pohon dan kerbau yang kalian lihat”.

Akhirnya mereka berdebat menentukan siapa yang terhebat di antara mereka. Masing-masing merasa bahwa benda yang mereka temukan adalah yang terbesar dan terhebat dibanding dengan benda yang dijumpai pengembara lainnya. Perdebatan berlangsung semakin seru namun pengembara kelima, Panaswara tidak terusik. Dia asyik menghabiskan makanan di piringnya.

Restaka memberi isyarat teman-temannya untuk diam. Mereka terdiam dan menoleh pada Panaswara. “Apakah kamu tidak menemukan hal yang hebat dalam pengembaraanmu? Kalau begitu, bagaimana kalau kamu menjadi juri untuk menilai cerita siapakah yang terhebat di antara kami”, berkata Restaka mewakili teman-temannya.

Sambil membersihkan tangannya dengan air, Panaswara tersenyum dan berkata merendah , “Pengembaraanku tidak sehebat kalian. Aku hanya menemukan sebuah gendang”.

“Hahaha….….”, keempat pengembara lainnya tertawa mendengar Panaswara. “Apa keistimewaan gendang kamu itu. Sehebat-hebatnya gendang tersebut pasti  tidak layak dibandingkan dengan cerita kami tadi. Itu pasti cuma bualanmu saja “ kata Sidraka mencemohkan. Ketiga pengembara lainnya mengangguk setuju.

Dengan tenang Panaswara menjawab “ Mengapa tidak. Kalau cerita kalian semua tadi benar, maka tentu  kalian juga harus percaya dengan ceritaku tadi. Karena gendang yang kutemukan itu terbuat dari kulit kerbau  yang dilihat oleh Ranggapati, badan gendang tersebut dibuat dari pohon yang dilihat Desrana dan diikat menggunakan rotan yang dilihat Sidraka. Gendang itu kemudian ditabuh oleh raksasa yang berjumpa dengan Restaka”. 

Mendengar cerita Panaswara, keempat temannya terdiam. Mereka menyadari kekeliruan mereka bahwa berbohong dan membual tidak akan memberi manfaat dan kebaikan kepada diri mereka sendiri.[]

 Source image : www.gettyimages.com

0 komentar:

 
TOP