Loading...
Tuesday, February 15, 2011

[Cerbung] Matahari Kecil - bagian 2


 Matahari Kecil
Oleh Ali Muakhir

#2
Sebelum menjawab, Bunda melipat kembali jilbab-jilbab yang telah dicoba Ines. Jilbab-jilbab tersebut kemudian disimpan di lemari Ines yang terletak persis did ekat tempat tidur Ines. Bukan lemari sebetulnya, tetapi kotak sangat sederhana. Besarnya hanya satu kali satu meter, yang kemudian mereka sebut “Lemari” karena tempat tersebut menjadi milik paling pribadi tiap anak yang tinggal di Panti. Tiap anak diberi satu lemari.
Panjang lebar Bunda Asma menjelaskan apa arti jilbab yang sesungguhnya. Dalam kitab Al-Munjid, jilbab diartikan ebagai baju atau pakaian yang lebar. Dalam kitab Al-Mufradat, jilbab diartikan baju atau kerudung. Sedangkan  dalam kitab Al-Qamus, mengartikan jilbab sebagai pakaian lebar sekaligus kerudung yang biasa dipakai wanita untuk menutupi pakaian.
Kitab Lisanul Arabi, mengartikan jilbab sebagai jenis pakaian yang lebar dan panjang daripada kerudung, dan lebih kecil ketimbang selendang yang biasa dipakai perempuan untuk menggendong bayi.
“Berarti, jilbab itu pakaian longgar yang bisa menutup kepala dan dada,” tuntas Bunda Asma.
“Mmm ..., seperti yang Bunda kenakan?” tebak Ines.
Bunda Asma mengangguk-angguk, “Kalau baru belajar dan belum bisa memakai yang panjang, ya yang penting untuk menutup aurat juga tidak apa-apa. Yang pasti, harta kita terjaga.”
Sekali lagi, Ines mengangguk-angguk. Kepalanya yang sekarang sudah tertutup jilbab dengan rapi, bergoyang-goyang sejenak.
“Bunda, beberapa kali Ines lihat, sekarang banyak seusia Ines pakai jilnan dengan macam-macam model. Menurut Bunda gimana?”
“Wah, kalau itu Bunda belum bisa jawab,” mata Bunda Asma berbinar-binar. “Kalau sekadar model, mungkin tidak masalah. Kan biar yang muda-muda seperti Ines, mau pakai jilbab. Tetapi, kalau sudah berlebihan, Bunda tidak setuju juga.”
“Misalnya?”
“Jilbab kan, awalnya untuk menutup aurat supaya tidak menimbulkan prasangka yang bukan-bukan. Kalau jilbab malah menimbulkan prasangka yang bukan-bukan, ya namanya bukan jilbab, dong.”
“Namanya apa?” kejar Ines.
“Penutup aurat atau kerudung, mungkin.”
Ines tersenyum, “Kerudung gaul?”
Mereka tersenyum. Bunda mencium kening Ines. Ines memejamkan mata menikmati  rasa sayang yang  diberikan Bunda Asma kepadanya.
Tanpa terasa, waktu sudah semakin senja. Suara azan magrib sudah mengalun dari masjid sebelah panti. Sekali lagi Ines mengucapkan terima kasih, dan sekali lagi memeluk erat Bunda Asma. Seolah tak ingin melepasnya begitu saja.

0 komentar:

 
TOP