Ide Unik Moni
Oleh: Irvan Aqila
Oleh: Irvan Aqila
Semenjak kedatangan para pemburu ke hutan Manise, semua penghuni hutan Manise menjadi ketakutan. Hutan Manise yang semula damai berubah menjadi kacau. Setiap hari selalu saja ada pemburu datang. Para pemburu menggunakan perangkap jaring besar, bahkan memakai senapan angin. Mereka menangkap binatang-binatang dan dimasukkan ke dalam kandang besi.
Seminggu yang lalu, para pemburu berhasil menangkap Simon Singa, sang raja hutan Manise. Tentu saja para penghuni hutan Manise semakin ketakutan. Simon yang kuat saja bisa tertangkap, apalagi mereka. Itulah yang ada dipikiran Gajul Gajah, Moni Monyet, Sapol Sapi, Nuris Nuri, Jerri Jerapah, dan Zebora Zebra.
Malam ini, Gajul dan kelima temannya sedang berjaga-jaga. Mereka khawatir para pemburu akan datang kembali dan menangkap semua penghuni hutan Manise.
“Apakah Simon akan dijadikan singa sirkus?” tanya Jerri sedih.
Gajul memandang Jerri sedih. “Sepertinya begitu!”
“Simon pasti menderita berada di kandang besi. Dia tak bisa bebas ke mana-mana!” Moni membayangkan keadaan Simon.
“Simon… Simon… hiks!” suara isak Nuris terdengar menyedihkan.
“Hey, lihat! Bukankah itu Simon?!” Jerri berseru kencang.
Semua teman-temannya menoleh ke arah yang ditunjuk Jerri. Mereka melihat Simon berjalan lunglai dari arah semak-semak yang gelap.
“Simooooooooonnnn!” jerit Zebora.
Gajul pun ikut berteriak histeris. Dia senang melihat Simon sudah kembali.
Simon selamat!
Mereka memeluk Simon satu persatu. Sapol sampai tak mau lepas memeluk Simon saking senangnya melihat ketua mereka kembali dengan selamat. Sapol kangen dengan Simon yang suka bercanda.
Simon hanya memandang teman-temannya dengan murung. Sedari tadi, Simon pun tak bersuara. Tingkah laku Simon terlihat aneh.
“Simon, kamu kenapa?” tanya Gajul bingung.
“Simon, apakah kamu sakit? Apakah kamu disiksa oleh para pemburu? Atau jangan-jangan… Kamu tidak diberi makan oleh mereka?” Moni bertanya dengan gayanya yang cerewet.
Simon tetap diam saja. Dia tidak menjawab semua pertanyaan temannya.
“Simon... apa yang terjadi denganmu?” tanya Sapol penasaran.
“Aku… aku… aku malu sama kalian,” Simon menunduk malu.
“Malu? Malu kenapa?” Gajul tak mengerti dengan perkataan Simon.
“Aku terlalu sombong saat itu. Aku tidak mendengarkan nasihat kalian agar tidak berpisah dari rombongan,” Simon menyesali perbuatannya.
“Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi. Yang penting sekarang kamu selamat, Simon,” ujar Jerri bijak.
“Iya benar. Jadikan ini sebagai pelajaran saja,” ucap Gajul memberi nasihat.
“Kalau kita selalu bersama, pemburu tidak akan berani menangkap kita,” Nuris berbicara sambil lompat-lompat.
“Iya benar. Kita harus seperti sapu lidi. Harus selalu bersama. Sapu lidi akan kuat jika bersama. Tetapi sapu lidi akan patah jika hanya sendiri-sendiri,” kata Moni sambil tersenyum.
“Moni benar. Wah, Moni sekarang kamu jadi pintar!” Sapol berkata senang.
Simon terdiam. Dia masih merasa malu dan menyesali kesombongannya.
***
Pagi hari telah tiba, para penghuni Hutan Manise telah terbangun dari tidurnya. Suara cicit Nuris membangunkan semua penghuni Hutan Manise.
“Cit… Cit… Pagi telah datang! Saatnya bergembira, saatnya kembali bekerja. Cit..Cit!” Cicit Nuris sembari terbang.
Tiba-tiba, Nuris terkejut. Dari atas pohon yang tinggi, Nuris melihat kawanan pemburu datang. Nuris terbang dengan panik. Dia harus memberitahu semua penghuni Hutan Manise.
“Gawat! Gawat! Para pemburu datang lagi! Mereka kali ini membawa jaring yang lebih besar! Aduh… bagaimana ini!” Nuri melapor pada Simon.
Seluruh penghuni Hutan Manise telah berkumpul di gua, tempat Simon berada.
“Apa yang harus kita lakukan, Simon? Para pemburu semakin dekat!” tanya Zebora panik.
Simon tak menjawab. Dia malah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah.
“Simooonnn… ini keadaan gawat! Ayoo… bagaimana caranya agar kita mengusir mereka!” Gajul berkata kencang.
“Simon kamu kenapa? Kau adalah ketua kami!” tanya Jerri.
“Aku tak pantas jadi ketua kalian lagi,” jawab Simon yang masih merasa malu dengan tindakannya minggu lalu.
“Tidak Simon, tidak. Kamu masih pantas untuk menjadi ketua kami!” Sapol memberi semangat kepada Simon.
“Ayo, Simon. Mengaumlah. Aku yakin, para pemburu akan takut mendengar aumanmu itu,” pinta Moni.
Tapi, Simon tak juga mau mengaum. Dia sudah merasa tak pantas menjadi ketua. Semangatnya sudah hilang. Para Pemburu pasti tak takut lagi dengan aumannya.
Moni tak kehabisan akal. Dia membisikkan sesuatu pada telinga Sapol.
“Pssssttttt… Pppssssst… Pssssssstttt…”
Sapol mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti dengan perkataan Moni.
Gajul dan yang lainnya tampak heran. Apa sebenarnya yang dibisikkan Moni pada Sapol?
“Ayo, Sapol lakukan sekarang!” seru Moni.
Sapol mengangguk. Dia lalu mundur ke belakang beberapa langkah. Kemudian berlari kencang ke arah Simon yang berdiri membelakanginya.
Dan,
Buuuukkkkk!
Sapol menyeruduk kencang bagian belakang tubuh Simon hingga Simon menjerit kesakitan. “AAAAAUUUUUUMMMMMMMM!!!!”
Suara Simon sangat kencang! Mendengar auman Simon yang keras dan membahana di segenap penjuru hutan Manise, para pemburu langsung lari kocar-kacir. Mereka mengira raja rimba Hutan Manise marah dan akan mengamuk.
“Cepat selamatkan diri kalian!” para pemburu saling menyelamatkan diri panik.
Saat sedang berlari tak keruan, mereka banyak yang terkena ranjau. Mereka tidak melihat jebakan yang sudah disiapkan oleh Gajul dan kawan-kawan. Para pemburu saling jatuh bertubrukan karena kulit pisang yang mereka injak.
“Hahahahahaha,” Gajul dan kawan-kawannya tertawa terbahak-bahak memperhatikan tingkah lucu para pemburu.
Simon tanpa sadar juga ikut tertawa sambil mengelus-elus bagian belakang tubuhnya yang masih sakit diseruduk Sapol.
“Hahaha, lihat Simon! Kamu masih pantas menjadi ketua kami. Aumanmu masih ditakuti oleh para pemburu itu,” Sapol tertawa geli.
Simon melotot. “Itu bukan auman Sapol! Tapi itu teriakan kesakitan! Akan aku balas kamu Sapol!” Simon langsung berlari mengejar Sapol yang berlari kencang.
“Bukan salah aku, tapi itu idenya Moniiiiiiiiiiiiii… Toloooooooongg!” teriak Sapol.
“Hihihihi… ide unik Moni!” Gajul memandang Moni sambil tertawa.
“Moniiiiiiiii!” kali ini Simon mengejar Moni.
Semua penghuni Hutan Manise tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan ulah lucu Sapol dan Moni yang berusaha menyelamatkan diri dari kejaran Simon. []
*) Naskah ini pernah diikut-sertakan dalam ajang Kontes Write A Story 2010 yang diadakan oleh penerbit Erlangga For Kids dan meraih juara pertama.
0 komentar:
Post a Comment