Loading...
Monday, March 21, 2011

[Dongeng] Putri Malu Tidak Sombong

Putri Malu Tidak Sombong
Ina Inong

    Kawasan padang rumput dihebohkan oleh berita kedatangan tumbuhan baru yang tinggal dibawah pohon beringin tua.  Sayangnya berita yang terdengar mengenai tumbuhan itu, bukan berita yang baik.  Konon kabarnya, pendatang baru itu mempunyai kebiasaan yang aneh.  Kehebohan itu terdengar juga sampai kedalam hutan.  Dengar saja sekumpulan seranggayang sedang berceloteh ramai dengan bunga-bunga.
    “Ih kapok ah dekat-dekat sama dia. “  Kupi kupu-kupu cemberut.
    “Iya… bikin males deh kenalan sama dia.” Timpal Cepo capung bersungut-sungut.
    “Memangnya kenapa dengan pendatang baru itu?” Anggi si anggrek hutan bertanya penasaran.
    “Masa kita mau kenalan saja, dia buru-buru menutup diri.  Pura-pura tidur lagi.” Cepo capung tak mau kalah.
    “Pura-pura tidur bagaimana maksudmu?” Poki pakis bertanya dengan nada heran.
    “Kami tadi terbang didekatnya.  Baru saja kami mau menyapa, tiba-tiba saja dia melipat semua daun-daunnya dan pura-pura tidur.  Begitu.”  Sahut Kupi kupu-kupu.
    “Aneh sekali.  Seperti apa sih tampangnya. Sombong sekali.” Mowa si mawar hutan bersuara sambil melenggak-lenggokkan badannya dengan anggun.
    Gegi si burung gereja mendengarkan pembicaraan teman-temannya.  Dalam hatinya Gegi penasaran seperti Mowa, ia pun ingin melihat seperti apa sih tampang warga baru yang sombong itu.
    Keesokan harinya Gegi terbang ke tepi padang rumput.  Ia hinggap di dahan pohon beringin tua.  Oh itu dia!  Ssssssttt… dia masih tidur.  Daun-daunnya saja masih menguncup.  Gegi memperhatikannya diam-diam.
    Matahari mulai terbit.  Tumbuhan itu pun bangun.  Daun-daunnya mulai mekar.  Kecil-kecil tapi rapi seperti jari-jari tangan.  Batangnya berambut dan berduri halus.  Ia mempunyai bunga yang bentuknya bulat berwarna merah muda keunguan.  Mekarnya seperti kembang api.  Cantik sekali.
    Gegi burung gereja terbang rendah dan hinggap di tanah dekat rumpun bunga itu.  Ia ingin menyapa tapi tak berani.  Akhirnya ia hanya bermain-main saja di sekitar rumpun bunga itu.  Meloncat kesana-kemari, mematuk-matuk apa saja yang ada di dekatnya.
    Gegi meloncat terlalu dekat dengan rumpun tumbuhan itu dan tidak sengaja Gegi mematuk.  Sreeettt… tiba-tiba tumbuhan itu menguncupkan kembali daun-daunnya yang tadi sedang mekar bermandikan embun pagi.
    Gegi si burung gereja kaget dan berkata dalam hatinya.  Wah benar apa kata teman-teman.  Tumbuhan ini sombong sekali.  Tapi karena hatinya penasaran, Gegi memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.
    “Mmma..maaf… aku tak sengaja.  Aku tak bermaksud jahat.  Maafkan aku ya.”
    Gegi si burung gereja menunggu.  Tumbuhan itu diam saja.  Gegi sudah siap-siap terbang meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia melihat sesuatu yang bergerak.
    Hey! Daun-daun kecil itu mulai mekar kembali.  Perlahan-lahan. Ketika semua daun sudah mekar sempurna, Gegi melihat bunga itu membuka matanya.  Ia tersenyum pada Gegi.
    Sang bunga berkata,”Tak apa-apa, aku tahu kamu tidak bermaksud jahat.  Aku hanya kaget.”
    “Maafkan aku kalau membuat kamu kaget.  Bolehkah aku berkenalan?” Tanya Gegi.
    “Boleh saja, siapa namamu?” Sahut si bunga. 
    “Namaku Gegi, aku burung gereja.  Nah, siapa namamu?”
    “Orang-orang memanggil aku Putri Malu.  Mungkin karena kebiasaan aku yang sering menutup daun-daunku ini.”  Putri Malu itu berkata malu-malu.
    “Ooo, iya mungkin saja, tapi mengapa kamu mempunyai kebiasaan yang aneh seperti itu.”  Gegi pun tak bisa lagi menahan rasa penasarannya.
    “Itu cara akumelindungi diri dari hewan-hewan pemakan tumbuhan yang ingin memangsa aku.”  Putri Malu kembali menjawab pertanyaan Gegi.
    “Saat daunku menguncup, hewan pemangsa itu tentu mengira daun-daun ini tak enak dimakan.” Sambung Putri Malu memberi penjelasan pada Gegi.
    “Oh, begitu.  Kamu pintar sekali ya.”  Gegi mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
    “Tapi sayangnya, banyak yang tidak mengerti akan hal itu.  Aku dinilai sebagai makhluk yang sombong, bahkan aneh karena kebiasaanku ini.”  Putri Malu tampak sedih.
    Benar juga apa yang dikatakan Putri Malu.  Buktinya teman-teman Gegi di hutan pun mempunyai anggapan yang sama.  Tapi sekarang Gegi sudah tahu rahasia si Putri Malu, dan berjanji dalam hati akan menceritakan hal tersebut kepada teman-temannya, agar mereka tidak salah sangka lagi.
    Namun penjelasan Gegi tak membawa hasil yang baik.  Teman-temannya di hutan tak langsung mempercayai cerita Gegi tentang Putri Malu.  Mereka malah balik mengejek Gegi.
    “Alaaah… dia mau berbicara sama kamu, karena sudah tidak ada yang mau berteman lagi dengannya.  Temannya kan hanya si pohon beringin tua itu.”  Mowa si mawar hutan yang terkenal judes mengejek Gegi.
    “Iya… zzzz…benar itu… zzzz.  Dia hanya mau…zzz… membodohi kamu saja Gegi..zzz....”  Teriak Lilo lebah.
    Tapi Gegi tak memedulikan ejekan teman-temannya.  Menurutnya, Putri Malu itu  baik hati dan ramah.  Dia juga lucu.  Gegi senang berteman denganya. 
    Hari ini Gegi si burung gereja datang datang ke tepi padang rumput dengan wajah kuyu.  Sepertinya Gegi sedang tidak sehat.
    “Gegi, kamu sedang sakit?” Tanya si Putri Malu.
    “Tidak, aku hanya kelelahan saja.  Belakangan ini aku sering bangun terlambat.”
    “Kenapa bisa begitu.” Putri Malu merasa heran.
    “Iya, ini gara-gara Kuki Kukuruyuk yang sering terlambat membangunkan kami.”
    “Apakah Kuki Kukuruyuk sedang sakit?” Tanya Putri Malu.
    “Sebenarnya bukan dia saja.  Hampir semua warga hutan sedang terkena wabah penyakit sulit tidur di malam hari.”  Sahut Gegi kesal.
    “Wah, itu bisa berbahaya jika dibiarkan.  Tapi tenang saja, aku punya obatnya.”  Putri Malu terenyum.
    “Apa itu?”  Tanya Gegi penasaran.
    “Ambil daun-daunku.  Jemur sampai kering, kemudian bungkus dan jadikan bantal.  Aromanya bisa membantu kalian untuk cepat tidur.  Nah, buatkan juga bantal-bantal itu untuk teman-temanmu ya”  Putri Malu berkata sambil tersenyum.
    Gegi pun menuruti apa yang dikatakan Putri Malu.  Sesampainya di hutan, ia langsungbekerja.  Warga hutan yang lain memperhatikan kesibukan Gegi dengan rasa heran.  Mereka pun bertanya pada Gegi.
    “Hey, Gegi apa yang sedang kau lakukan?”  Tanya Bimbo beruang.
    “Kalian tunggu saja.  Nanti aku akan beritahu.”  Gegi semakin membuat penasaran.
    Setelah semuanya siap, Gegi membagikan bantal-bantal itu kepada semua warga hutan sambil memberitahu mereka kegunaan bantal itu.  Walaupun banyak yang tidak mempercayai kata-kata Gegi, mereka tetap menerima bantal-bantal itu dan berniat mencobanya pada malam hari nanti.
    Benar saja, malam itu hutan sunyi senyap.  Tak terdengar lagi suara obrolan.Suasana malam di dalam hutan menjadi tenang.  Keadaan itu terus berlangsung sampai pagi.
    Keesokan harinya Kuki Kukuruyuk berteriak lantang penuh semangat membangunkan seluruh warga hutan.  Matahari baru saja merangkak naik.  Warga hutan terbangun mendengar teriakan Kuki Kukuruyuk.  Hey! Ajaib sekali.  Mereka sembuh dari penyakit sulit tidur.  Dan hari ini mereka bangun dengan badan yang segar. 
    Ternyata bantal buatan Gegi memang manjur.  Aroma daun-daun dalam bantal itu membuat mereka merasa nyaman.  Mereka pun tidur nyenyak seperti bayi.  Sekali lagi mereka penasaran obat apa yang diberikan Gegi pada mereka.
    “Gegi, sebenarnya obat apa yang kau berikan pada kami. Manjur sekali rupanya.” Kupi kupu-kupu bertanya dengan riang.
    “Ah hanya daun-daunan saja. Itu namanya daun putri malu.”  Gegi memberitahukan rahasianya.
    “Daun putri malu? Tumbuhan macam apa itu?” Sahut Cepo Capung.
    “Itu daun tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di tepi padang rumput sana.  Yang kalian bilang tumbuhan sombong itu,” Gegi iseng menggoda teman-temannya.
    “Jadi… jadi…” Cepo Capung tak bisa meneruskan kata-katanya.
    “Iya, namanya Putri Malu.  Ia tidak sombong.  Buktinya ia sudah berbaik hati menolong kita.” Gegi menjelaskan dengan tegas.
    “Jadi dia yang memberikan obat itu?” Anggi si anggrek hutan mengangguk-anggukkan bunga-bunganya.  Gegi pun mengganggukkan kepalanya.
    “Wah, kita sudah berburuk-sangka kepadanya.  Teman-teman, kita harus meminta maaf pada Putri Malu. Gegi, maukah kau mengantar kami kesana?”  Kupi kupu-kupu berkata dengan sungguh-sungguh.
    Gegi tersenyum senang karena sekarang teman-temannya sudah sadar siapa sesungguhnya Putri Malu.  Beramai-ramai mereka pergi menuju tepi padang rumput untuk menemui Putri Malu.  Mereka ingin berterima kasih pada Putri Malu.

0 komentar:

 
TOP