TANPA OBAT CURIAN
Aan Wulandari Usman
Aan Wulandari Usman
“Doni akan minta maaf pada Wak Haji, Bu.”
Ibu menggeleng.
“Doni akan membayarnya.”
Ibu tetap diam.
“Bagaimana bila Ibu meninggal?” Doni terisak, sambil memandang obat diare ditangannya. Tapi, Ibu tetap tidak mau minum obat itu.
Tadi pagi, Iwan, sahabatnya, berkata, “Dulu, Mak Ijah meninggal karena diare.”
“Masa, sih?” Doni tak percaya.
“Iya. Air sangat penting untuk hidup, seperti udara untuk bernafas. Kalau air di tubuh kita habis, bisa mati!”
Itulah yang menghantui Doni. Tapi, tak ada uang sepeser pun. Sejak ibunya sakit, dia tak berjualan koran di jalan.
Akhirnya, Doni nekad pergi ke warung. Ketika Wak Haji lengah, diambilnya sebungkus obat diare dengan hati berdebar.
“Tok! Tok!” Terdengar ketukan pintu.
Doni pucat pasi.”Wak Haji!”
“Maafkan saya, Wak. Ibu sakit. Saya terpaksa mencuri obat ini.
Wak Haji geleng-geleng. “Besok lagi, bicaralah terus terang. Untunglah, Iwan cerita kalau ibumu sakit.”
Wak haji memanggil dokter. Ibu Doni berangsur sembuh. Tanpa obat curian.
0 komentar:
Post a Comment