True dan Untrue
(Dongeng dari Norwegia)
Pada suatu masa, hiduplah dua bersaudara, True dan Untrue. True dikenal rajin dan jujur, sementara Untrue bertabiat jelek, pemalas, dan lebih senang berkhayal.
Ayah mereka telah lama meninggal. Sang ibu pun sudah tidak sanggup lagi mencari nafkah untuk menghidupi mereka bertiga. Sudah saatnya, True dan Untrue mencari nafkah. Berbekal sedikit uang dan makanan, dua bersaudara itu berkelana mencari pekerjaan.
Menjelang malam, mereka beristirahat di bawah pohon. ”True, aku lapar, kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kita makan bekalmu dulu,” usul Untrue. “Kalau bekalmu habis, baru kita makan bekalku,” lanjut Untrue.
True selama ini tidak pernah berprasangka buruk kepada siapapun termasuk kepada Untrue. Usul Untrue diterima dengan senang hati. Mereka makan bekal True hingga tak tersisa.
Esoknya, dua bersaudara itu meneruskan perjalanan. Ketika malam tiba, mereka mencari tempat berteduh. Rasa lelah setelah seharian berjalan membuat perut mereka lapar. Dengan enaknya, Untrue memakan bekalnya, tanpa menghiraukan True.
“Bagianku mana?” tanya True menagih janji Untrue kemarin malam.
“Bekalku tidak cukup untuk berdua,” alasan Untrue.
“Tapi, kemarin ... kamu bilang ...?”
“Kamu saja yang bodoh!” potong Untrue sangat tega. “Sekarang kamu duduk saja dan nikmati saja rasa lapar kamu!”
True menarik napasnya hingga memenuhi rongga dadanya, “Baik. Kamu memang pembohong! Aku sumpahi kamu supaya selamanya tetap hidup dalam kebohongan dan khayalan! Seperti namamu!” katanya marah.
Diserang seperti itu bukannya sadar, Untrue malah balik menyerang True. Dia mengayunkan tongkat hingga mengenai mata True. Mata true pun buta.
“Sekarang, bisakah kamu membedakan yang nyata dengan yang khayalan?” ejek Untrue sambil beranjak meninggalkan True yang menahan sakit pada matanya.
Sepeninggal Untrue, dengan tabah True tidur seorang diri. Keesokkan harinya, dia pun berjalan seorang diri. Kini dia berjalan hanya dengan mengandalkan perasaannya saja.
“Bila burung ramai berkicau dan udara terasa segar, berarti pagi telah menjelang,” pikir True. “Bila suasana tenang dan udara mulai dingin, berarti hari telah malam.” True mencari pohon dan tidur di atas pohon.
Pada suatu malam, True mendengar percakapan binatang. Mereka bercakap tentang penyakit mata yang diderita seorang raja bernama Rareland yang sembuh lantaran air embun yang menempel pada daun-daun di pagi hari.
“Apa embun itu juga bisa megobati penyakit tuli?” tanya binatang yang tidak dikenal True tersebut. “Andai saja embun itu bisa menyembuhkan, pasti anak gadisnya yang tuli pun akan diobati dengan embun,” sambungnya.
“Penyakit Tuan Putri hanya bisa disembuhkan dengan remah-remah roti yang dimakan Raja,” kata binatang yang satunya.
“O ya?”
“Iya, sayang sekali, remah-remah itu selalu menjadi makanan katak besar yang tinggal di taman istana.”
“Mmm, andai remah dalam perut katak itu diberikan kepada Putri, pasti penyakitnya akan sembuh.”
Setelah kedua binatang tersebut bercerita tentang Raja dan Tuan Putri, mereka bercerita tentang kebun raja yang luas, tetapi tidak pernah menghasilkan buah yang bagus.
“Tentang itu, syaratnya gampang sekali. Raja harus mengelilingi kebunnya sebanyak tiga kali. Pasti keadaannya nanti akan lain,” kata binatang tersebut.
Mereka lantas bercerita tentang sumber air di istana yang sedang kekeringan dan bisa kembali mengalirkan air kalau Putri Raja menginjak-injak sumber air.
Pada pagi hari, True teringat obrolan binatang semalam. Buru-buru dicarinya embun yang menempel di dedaunan. Embun itu lalu untuk mengobati matanya. Seketika itu juga, True bisa melihat kembali.
Setelah sembuh, True memutuskan untuk pergi ke istana Raja Rareland.
“Kalau boleh, izinkan hamba membantu memulihkan keadaan kerajaan yang sedang ditimpa musibah ini,” kata True setelah tiba di istana.
True kemudian menjalankan semua yang diceritakan binatang. Hasilnya, kini Putri Raja sudah bisa mendengar dan berbicara lagi. Kebun Istana pun tumbuh subur dan sumber air mengalir kembali.
Sebagai tanda terima kasih, Raja menikahkan True dengan Tuan Putri.
Untrue yang mendengar keberhasilan True, diam-diam ingin meniru apa yang dilakukan True. Dia melukai matanya hingga buta, lalu tidur di atas pohon. Dia berharap ada binatang yang menceritakan sesuatu kepadanya.
Harapannya mulai terkabul ketika tiba-tiba ada sepasang merpati yang hinggap di dekatnya lalu mulai mengeluarkan suara. Akan tetapi, apa yang terjadi? Kedua merpati tersebut tidak memberikan informasi apapun.
“Sebaiknya mulai hari ini kita tidak usah berbicara lagi karena ada yang telah mendengar pembicaraan kita,” kata merpati berbulu putih bersih itu, yang lantas diiyakan oleh merpati berbulu coklat.
Sekarang, tinggal Untrue yang terus menunggu di atas pohon. Ia terus berharap suatu saat ada binatang yang menceritakan sesuatu kepadanya. Tapi, sepanjang penantiannya, tidak pernah ada satu pun binatang yang berbicara. Sepanjang hidupnya, harapan itu hanya tinggal khayalan.
***
(Diceritakan Kembali Oleh Ali Muakhir)
0 komentar:
Post a Comment