Loading...
Wednesday, October 12, 2011

Dibalik Layar KOMAR

Di balik layar Komar
Dari cerita remaja ke novel detektif anak
Tethy Ezokanzo


Komar... nama itu sering hadir di layar komputerku sejak tahun 2004. Ia hadir dalam berbagai wujud dari mulai gadis dewasa, mengecil menjadi gadis remaja lalu anak perempuan tomboy sampai akhirnya menjadi anak laki-laki!

Geli sendiri bila mengenang perubahan wujud si Komar. Pertama saya menulis Komar sekitar bulan Juli 2004. Saat itu kisah Komar berupa cerpen remaja. Komar adalah panggilan untuk Komariah. Seorang gadis dewasa berkepribadian tegas dan mandiri. Tapi juga ia solehah, rajin dan penyayang. Tokoh antagonisnya adalah Nanda, sepupunya. Ceritanya mereka terlibat konflik cinta, masalah pergaulan remaja, dan sejenisnya.

Lembaran hidup Komar kemudian berubah. Sekitar pertengahan tahun 2005, saya iseng membuatnya jadi novel. Masih tema remaja, cuma Komar menciut menjadi anak SMA. Temanya narkoba dan berurusan dengan mafia, ada kelahi-kelahian tentunya. Tapi sudah tersendat di bab-bab awal. Kisah inipun terlupakan seiring penulisan 1000 bangau kertas. Setelah Bangau Kertas di-acc, semangat melambung kembali. File Komar dibuka lagi. Namun tersendat terus, karena kurang menjiwai. Akhirnya ceklek, saya lock dengan nama file-x. Kertas baru dibuka, dan semua tentang Komar remaja pun coba saya lupakan.

Saya coba menuliskannya lagi dengan setting cerita anak. Akhirnya Komar lahir juga ke dunia, setelah perjuangan 4 bulan! Waktu terlama yang saya perlukan untuk menulis novel. Padahal hanya 100 halaman.

Wujud Komar benar-benar berubah! Ia menjadi novel anak genre detektif. Jauuuh banget dari cerita yang dulu. Walaupun pada cerita itu Komar masih perempuan. Judulnya adalah: Pembunuh Bertopeng.

Waktu novel ini selesai, senangnya bukan main. Tantangan itu akhirnya terlampaui juga. Semangat menulis kisah Komar masih meledak-ledak. Maka saya merencanakan membuat serialnya. Jadilah outline Komar, ada 7 seri rencananya. Lengkap gambaran kisah Komar kutoreh dalam outline tersebut. Dari mulai tema besar, tema per-seri, para tokoh dan karakter, setting sampai jadwal penulisan.

Tapi penyakit lama kambuh. Gak sabar pengen nerbitin! Belum juga menulis sepatah katapun untuk seri ke-2, Komar 1 sudah dikirim. Awalnya MBM menolak. Alasannya dia tidak menerima genre petualangan. Lalu disarankan supaya saya menulis yang kental nuansa pendidikan.

Lalu lahirlah Tragedi Penghuni Baru. Walaupun isinya bukan cerita misteri, bukan detektif, bahkan gak ada petualangan sama sekali tapi saya milih judul yang seperti itu. Rupanya nuansa Komar masih merasuk. Novel ini saya tulis hanya dalam waktu satu minggu. Dan minggu berikutnya setelah baca ulang berkali-kali, naskah ini sudah sampai ke tangan penerbit MBM. Di mail, saya beri embel-embel, tulisan ini fresh from oven mengikuti "pesanan" MBM. Rupanya penerbit tertarik dan langsung acc. Alhamdulillah.

Setelah Tragedi Penghuni Baru dibaca penerbit, nasib Komar pun terangkat. Penerbit tertarik dengan gaya bahasa saya. Alhamdulillah mereka akhirnya bersedia baca Novel Komar. Ternyata walaupun cerita detektif dan judulnya serem, Komar masih sarat dengan unsur pendidikan, cukup islami dan tentu saja ceritanya menarik. Tak lama Komar pun terbit.

Ada hal yang menggelikan, editor minta tokoh Komar diganti. Sedih sekali rasanya, si Komar kan sudah seperti tokoh nyata. Ia kerap menyapaku dalam mimpi. Tapi apa mau dikata, penerbit tidak ingin tokoh utamanya gadis tomboy. Si Komar akhirnya berubah wujud dari Komariah ke Komaruddin Ahmad. Banyak hal harus direvisi jadinya. Ganti tokoh bukanlah hal mudah. Ada adegan, dialog dan setting yang tidak pas untuk anak laki-laki.

Proses penerbitan Novel Komar sangat mulus. Hanya beberapa bulan saja, alhamdulillah. Penerbit malah langsung meminta seri berikutnya.

Komar seri 2 : Harta Karun Pangeran Antanan pun akhirnya lahir. Komar di seri ini tampil lebih seru. Benar-benar terjiwai karena sejak awal menulis Komar sudah anak laki-laki. Dialognya lebih hidup seiring semakin akrabnya saya dengan para tokoh.

Setelah masuk ke meja penerbit. Komar 2 langsung di-acc. Namun untuk menulis Komar seri-3 saya agak kewalahan. Sahira saat itu bukan bayi merah lagi, tak mungkin sering membagi waktu dengan menulis. Maka mbak Aan saya gaet untuk menemani. Jadilah Komar seri-3: Ilmuwan Aneh di Lereng Merapi hasil kolaborasi Diansya dan Ezokanzo. Ternyata menulis berdua lebih menyenangkan. Jadi ada teman ngobrol, berbagi ide yang seringkali terlalu liar untuk dikendalikan. Hampir bersamaan lahir juga Komar seri 4: Kode Aritmatika Badut Pasar, kali ini saya sanggup menyelesaikan sendiri.

Alhamdulillah sampai juga Komar ke seri ke-4. Tak diduga, perjalanan hidupnya bisa sepanjang itu. Walaupun sudah ada outline, tak bisa dijanjikan ide tetap mengalir.

Namun penerbitan Komar tak semulus yang pertama. Ada masalah keuangan di MBM, maka Komar 2 pun baru terbit setelah lebih dari setahun. Apalagi nasib 2 seri berikutnya masih menggantung. Sebenarnya penerbit masih ingin menerbitkan namun tidak bisa menjanjikan waktunya. Akhirnya kamipun menarik naskah tersebut. Lalu bagaimana nasib Komar berikutnya?

&&&

Komar Reloaded

Alhamdulillah ternyata penerbit Erlangga For Kids menerima Komar. Komar terlahir kembali dengan wajah baru yang lebih energik lewat tangan dingin ilustrator Iwan Darmawan. Dua jilid Komar berturut-turut terbit di tahun 2009 dan 2010. Tujuh tahun sudah perjalanan Komar, semoga dapat menghibur anak-anak Indonesia.

0 komentar:

 
TOP