Menulis bacaan untuk anak, tak seperti menulis novel biasa. Tidak hanya ide cerita dan gaya bahasa yang berbeda, penyisipan pesan yang mau disampaikan pun harus hati-hati. Karena salah sedikit saja bisa mempengaruhi pemahaman anak yang masih 'hijau'.
Hal itu diungkapkan Ali Muakhir, Moderator Komunitas Penulis Bacaan Anak (PBA) saat berbincang dalam acara Gathering PBA di Salam Book House, Jalan Pasirwangi, Sabtu (8/1/2011).
"Menulis buku bacaan untuk anak itu tidak gampang. Kita harus mengerti seperti apa dunia anak. Psikologisnya, kebutuhannya. Butuh keahlian khusus," ujar Ali.
Penyisipan pesan dalam setiap cerita pun harus hati-hati dan tidak bisa sembarangan. Jangan sampai anak justru menangkap berbeda dari apa yang ingin
disampaikan.
"Seperti Dongeng Kancil misalnya, awalnya cerita itu dibuat agar anak suka dengan sayuran. Tapi ini yang ditangkap adalah kecerdikan dan kelicikan
kancilnya. Bahkan ada asumsi yang mengatakan bahwa efek Dongen Si Kancil inilah yang membuat banyak orang Indonesia yang 'cerdik'," katanya.
Ali yang telah menerbitkan 300 judul buku anak ini mengatakan, penulis bacaan anak harus menyenangi dunia anak terlebih dahulu. Jika cerita sudah matang,
ilustrasi gambar untuk bacaan anak pun harus diperhatikan.
"Bacaan anak adalah fondasi awal. Jadi apa yang dibuat jangan sampai salah menanamkan persepsi," tuturnya.
Untuk mewadahi penulis bacaan anak ini, pada mei 2010 lalu dibentuklah forum atau komunitas Penulis Bacaan Anak (PBA) yang homebased-nya berada di Bandung.
Forum PBA ini diharapkan dapat menjadi ajang sharing dan juga menjembatani antara penulis dengan penerbit serta unsur lainnya dalam penerbitan buku anak.
(tya/ern)
source : http://bandung.detik.com/read/2011/01/08/141522/1542282/486/menulis-bacaan-untuk-anak-tak-bisa-sembarangan
Saturday, January 8, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
Loved reading this thankss
Post a Comment