Loading...
Sunday, March 13, 2011

[Profil] Tria Ayu Kusumawardhani

Tria Ayu K
 Menulis Adalah Investasi Jangka Panjang

PaBers, mungkin tidak banyak penulis buku anak genre komedi bertebar di tanah air, maka penulis mungil asal Cirebon ini, layak kita acungi jempol. Ketika ditanya tentang kiprahnya ini, Tria Ayu Kusumawardhani (Tria), merendah. “Bicara selera humor, ukurannya sangat subyektif. Belum tentu sesuatu yang menurut kita lucu,  lucu juga bagi orang lain. Apalagi untuk buku anak.”  Tapi tak urung Tria membisikkan trik-trik menulisnya. Ternyata, salah satu bahan humor untuk tulisan-tulisannya ia dapatkan dari buku-buku ilmu pengetahuan. Yang pasti, penulis buku anak bergenre komedi tidak hanya dituntut mampu menulis dengan baik, tapi juga harus jeli mengangkat hal unik yang sebetulnya dekat dengan keseharian anak kecil, yang bisa diplesetkan menjadi sesuatu yang lucu.

Dulu, Tria tak pernah bermimpi menjadi penulis. Dunia tulis-menulis baru ditekuninya saat ia duduk di bangku kuliah. Saat itu (tahun 2000), ia iseng-iseng membuat cerita anak. Alhamdulillah, cerita anak pertamanya dimuat di majalah Ina,  Bobo, dan tabloid Fantasi. Bahkan,  ia sukses meraup berbagai prestasi  seperti, juara I Lomba Menulis Cerita Anak HUT ke-15 Penerbit Gema Insani Press (Mei 2001), pemenang I Lomba Menulis Cerita Anak Islami Panitia Ramadhan Mesjid Sudirman Depok Sleman (Desember 2001), dan bersama Armor Komik Yogya, ia pernah meraih juara I Lomba Komik Anak Islami Depag - Aku Anak Saleh 2004 untuk kategori SD, dan meraih juara harapan I Lomba Novel Islami Depag – Aku Anak Saleh 2004 untuk kategori SD.

Lepas merampungkan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada tahun 2002, Tria malah enggan bekerja di bidang hukum. Wanita kelahiran 8 September ini menggadaikan titel SH-nya, dan hup, ia banting setir menjadi penulis. Bagi Tria, menulis  sangat menyenangkan! Orang lain mungkin menyayangkan  keputusan yang ia ambil, Tria sangat menyadari itu, tapi menurutnya, untuk meraih sesuatu kita harus siap menanggung risiko kehilangan sesuatu pula. “Jadi, saya pilih jalan yang membuat saya bahagia, walaupun rasanya lebih berat untuk ditempuh,” tuturnya. Tria sendiri sempat diterjang ragu karena beberapa kali karyanya ditolak penerbit. Selain itu, ia mesti mengalami masa tunggu yang cukup lama untuk mendapatkan konfirmasi dari pihak penerbit. Untunglah, keluarga dan para sahabat sangat mendukung sehingga ia tetap bisa bersabar dan yakin.

Karier menulis Tria diawali dengan melahirkan buku serial cerita anak yang berkisah aksi tiga sahabat kocak (Trio Ucul), berjudul: “Trio Ucul dan Hantu Lucu,” “Trio Ucul dan Nyonya Pink Ting”, “Trio Ucul dan Teror Kancing”.  Ketiganya diterbitkan oleh Dar! Mizan, tahun 2005. Seterusnya, karya-karya Tria pun menderas.  Kini,  ia   memetik buah manis dari kerja kerasnya.  Tak tanggung-tanggung, 24 judul buku  sudah meramaikan toko-toko buku ternama.

Tria mengaku agak vakum menulis selama dua tahunan, tepatnya tahun 2006-2008. Beberapa hal yang terjadi dalam hidup dan karier menulisnya, membuat ia  down dan beralih pada pekerjaan lain. Namun, menulis seumpama cinta pertama. Istri Imam Risdiyanto ini akhirnya kembali ke dunia yang sangat dicintainya, bermodalkan niat, juga tekad yang kuat. Dan di pungkas tahun 2010 kemarin, Tria  membawa kabar gembira. Buku serial cerita anak karyanya, lahir.  Serial ini berkisah tentang duo sahabat keren (Jaka dan Sembung), berjudul: “Selamatkan Flavia!”, “Misteri Badut Singa”, dan “Misteri Beringin Tua”, masih di bawah bendera penerbit yang sama. 

Sebenarnya, Tria tak hendak mengkhususkan diri  menulis bagi segmen tertentu. Baginya, hidup adalah proses pencarian. Di wilayah kreatif tidak ada batas akhir. Sisa umurnya akan digunakan untuk terus mengembangkan diri di bidang ini. Ia ingin menulis tentang semua hal. “Cuma, jujur, menulis cerita anak adalah cinta mati saya,” ungkapnya, tersenyum.

Apa duka yang pernah kamu alami selama bergelut dengan dunia menulis, Tria?   
Ditanya demikian, kening Tria mengernyit sebentar. Lalu jawabnya, “Duka  menjadi penulis yang “hanya” menulis adalah menghadapi stigma sosial dari lingkungan sekitar bahwa orang bekerja adalah orang yang berangkat ke kantor. Nebel-nebelin muka aja deh kalo dianggap pengangguran hehehe…!” 

Perkara waktu, ibunda dari Aletta Jazzy Vlea (3 tahun 10 bulan) dan Elang Langit Ahimsa (7 bulan) ini, tak terlalu memusingkannya. Terus terang ia bukan termasuk penulis yang disiplin dalam soal ini. Sebagai ibu rumahtangga dengan dua  balita, rasanya Tria belum bisa membagi waktu antara menulis dan segala urusan rumahtangganya secara konstan setiap hari. “Anak-anak  memerlukan saya hampir sepanjang waktu. Saya mengakali kegiatan menulis saya dengan mengetik sekalimat demi sekalimat sambil menyuapi Vlea, meladeni pertanyaannya, membacakan buku untuknya, menyusui El, memasak, dan lain-lain. Sulit, pasti. Repot, iya. Tapi kalau tidak begini, mungkin saya tidak akan punya karya!” Wow, salut! Tria menambahkan,  biasanya ia memilih melanjutkan menulis pada malam hari karena suasana telah senyap dan konsentrasinya bisa terpusat penuh.  

Berbicara tentang profesinya sebagai ibu, baru-baru ini Tria menghasilkan karya berupa buku antologi “Jumpalitan Menjadi Ibu” (Lingkar Pena Publishing House, 2011). Tulisan Tria yang berjudul “Cinta Bunda di Setiap Embusan Napas” di dalamnya,  begitu menggugah. Bertutur tentang sosok  ibu yang tak lelah mencurahkan kasih sayang untuk anak-anaknya, dalam kondisi sesulit apapun. Ibu melakoni irama kewajiban nan mulia, sebagai sesuatu yang (mungkin terlihat) sangat heroik, namun sekaligus sangat “biasa” karena sosok ibu  memang demikian adanya. Agak mengejutkan, lewat tulisannya ini pula, Tria melepas sejenak label “Penulis Cerita Komedi” yang telah disandangnya selama sekian waktu!   

Beberapa jam mengobrol dengan Tria, sangat tidak terasa. Saya ingin lebih banyak mengajukan tanya, namun waktu menjadi penentu segala. Sebelum menutup jumpa, wanita penggemar empek-empek ini menitip pesan kepada  PaBers.

“Menulis adalah investasi jangka panjang. Eksistensi kita “dihargai” sesuai dengan perkembangan kualitas karya yang kita buat. Menurut saya, ketika buku kita terbit, yang paling penting bukanlah menilik  hasil finansialnya. Sejauh mana karya kita dapat diapresiasi pembaca, itu yang utama,” ujar Tria, mantap.

PaBers yang masih penasaran, silakan melongok karya dan ragam aktivitasnya di blog http://www.triaayuk.multiply.com atau bisa juga bersahabat via fesbuk dengan meng-add akun: Tria Ayu Kusumawardhani.  *** Haya Aliya Zaki

1 komentar:

Rini Nurul Badariah said...

Kalau Ayu menulis sekalimat demi sekalimat sehari di sela merawat anak-anak, aku menulis satu kalimat per minggu, kadang bulan, hihihi...

Maju terus, Ayu. Takkan pernah hilang kesan istimewaku akan Jejak Putih di Tanah Basah:)

 
TOP